Pengikut

Laman

Kamis, 03 Januari 2008

TEACHING FACTORY SEBAGAI PENDEKATAN PEBELAJARAN DI SMK JURUSAN PERABOT KAYU

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar belakang Masalah
Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya manusia ini juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan yang merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan tersebut harus terprogram dan melalui jalur yang tepat agar yang dihasilkan benar – benar bermutu dan kompeten serta bisa bersaing dalam dunia global.
Demikian juga dengan Sekolah Menengah Kejuruan yang berfungsi sebagai lembaga pencetak tenaga terampil dan kompeten dibidangnya harus bisa selaras dengan kebutuhan dunia industri untuk bisa bersaing. Oleh karena itu peningkatkan sumber daya manusia harus menjadi prioritas utama dalam rangka meningkatkan kualitas lulusannya.
Rendahnya kualitas lulusan sekolah kejuruan berakibat produktifitas tenaga kerja terampil di dunia industri semakin terpuruk. Kepercayaan dunia industri semakin berkurang sehingga lulusan yang terserap juga sedikit. Salah satu faktor penyebab adalah kurikulum yang terus berubah menyebabkan kondisi di lembaga pengelola pendidikan kejuruan semakin terbebani. Kondisi tersebut secara tidak langsung berakibat lembaga pendidikan kejuruan tidak siap dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas. Seharusnya Sebagai lembaga pendidikan yang mendidik calon tenaga kerja, keunggulan yang dikembangkan oleh sekolah menengah kejuruan diutamakan pada keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mencapai hal tersebut SMK harus memprioritaskan pengembangan sistem pendidikan yang berorientasi pada peningkatan tamatan yang benar-benar profesional, memiliki etos kerja, disiplin dan tetap menjunjung tinggi serta berakar pada budaya bangsa.
Pendidikan yang paling sesuai untuk meningkatkan hal tersebut adalah pendidikan yang berorentasi pada dunia industri dengan penekanan pada pendekatan pembelajaran dan didukung oleh kurikulum yang sesuai. Dunia industri yang merupakan sasaran dari proses dan hasil pembelajaran sekolah menengah kejuruan mempunyai karakter dan nuansa tersendiri. Oleh karena itu lembaga pendidikan kejuruan dalam proses pembelajaran harus bisa membuat pendekatan pembelajaraan yang tepat dan sesuai dengan keinginan dunia industri.
B. Permasalahan
Bagaimanakah pendekatan pembelajaran yang tepat bagi siswa SMK yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri ?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah :
1. Mengembangkan pendekatan pembelajaran untuk Sekolah Menengah Kejuruan yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan dunia industri.
2. Meningkatkan kualitas lulusan Sekolah Menengah Kejuruan dalam persaingan tenaga kerja.
3. Alternatif pendekatan pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan yang sesuai dengan perkembangan kurikulum dan tuntutan dunia industri.

D. Definisi Operasional
Penulisan karya ilmiah dengan judul Pendekatan Pembelajaran Teaching Factory Di SMK Negeri 2 Kendal Program Keahlian Perabot Kayu adalah suatu konsep pendekatan pembelajaran dalam ruangan kelas dan bengkel praktek dengan menerapkan pelatihan dalam suasana sesungguhnya, sehingga dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri dan pengetahuan dari sekolah di SMK Negeri 2 Kendal.
Teknologi pembelajaran yang inovatif dan praktek produktif merupakan konsep metode pendidikan yang berorientasi pada manajemen pengelolaan siswa dalam pembelajaran agar selaras dengan kebutuhan dunia industri.
BAB II
KERANGKA TEORITIS


A. Kerangka teoritis
1. Pengertian pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran adalah suatu cara dalam proses kegiatan pendidikan. Bower dan Higrd dalam buku Theories of Learning (1975) mengemukakan belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya berulang – ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang. Teori lain mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu pengalaman. ( Morgan, The Conditions of Learning ; 1977 ).
Pengertian pendekatan pembelajaran dalam karya ilmiah ini adalah suatu cara belajar melalui proses perubahan yang relatif tetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.


2. Teaching Factory (TEFA)
Teaching Factory adalah suatu konsep pembelajaran dalam suasana sesungguhnya, sehingga dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri dan pengetahuan sekolah. Teknologi pembelajaran yang inovatif dan praktek produktif merupakan konsep metode pendidikan yang berorientasi pada manajemen pengelolaan siswa dalam pembelajaran agar selaras dengan kebutuhan dunia industri. (Brosur IGI, 2007).
Dalam pengertian lain bahwa pembelajaran berbasis produksi adalah suatu proses pembelajaran keahlian atau ketrampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang atau jasa yang sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen. Dengan kata lain barang yang diproduksi dapat berupa hasil produksi yang dapat dijual atau yang dapat digunakan oleh masyarakat, sekolah atau konsumen.
Pembelajaran berbasis produksi dalam paradigma lama hanya mengutamakan kualitas produk barang atau jasa tetapi hasil dari produksi tersebut tidak ada dipakai atau di pasarkan hanya semata – mata untuk menghasilkan nilai dalam proses belajar mengajar.

B. Kerangka Berfikir
Penulisan karya ilmiah ini berorientasi pada peningkatan kualitas mutu pembelajaran di kalangan lembaga pendidikan khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan. Oleh sebab itu hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi alternatif dalam proses kegiatan belajar di SMK. Proses pendekatan pembelajaran dengan TEFA (Teaching Factory) adalah perpaduan pendekatan pembelajaran yang sudah ada yaitu CBT (Competency Based Training) dan PBT (Production Based Training). CBT adalah pelatihan yang didasarkan atas hal – hal yang diharapkan oleh siswa ditempat kerja. CBT ini memberikan tekanan pada apa yang dapat dilakukan oleh seseorang sebagai hasil pelatihan (out put) bukan kuantitas dari jumlah pelatihan. PBT (Production Based Training) adalah suatu proses pembelajaran keahlian atau ketrampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang atau sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen.
Dari uraian diatas maka metode pembelajaran TEFA lebih mengarah kepada proses pengelolaan manajemen di ruang kelas dan ruang praktek berdasar prosedur dan standar bekerja di dunia industri yang sesungguhnya. Pengertian lain adalah proses pembelajaran keahlian atau ketrampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen.

C. Hipotesis
Dari hasil kajian teoritis diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran TEFA adalah suatu konsep pembelajaran dalam ruangan kelas dan bengkel praktek dengan menerapkan pelatihan dalam suasana sesungguhnya, sehingga dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri dan pengetahuan dari sekolah.



BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN



A. Siklus 1 Proses Pembentukan Manajemen TEFA
1. Peneliti mengamati siswa kelas 2 Teknik Perabot Kayu dalam proses pembentukan struktur organisasi manajemen produksi kecil di tingkat kelas sesuai bentuk struktur organisasi di pabrik yang bertugas selama satu tahun ajaran yang dipandu oleh konsultan ( guru pengampu ).
2. Guru dalam konsep pendekatan pembelajaran TEFA bertindak sebagai konsultan dan asesor serta fasilitator. Konsultan dalam posisi disini sebagai tenaga teknis ahli, penilai (asesor) dan juga pemberi order. Fasilitator bertugas memberikan fasilitas atau pelayanan terhadap kebutuhan unit produksi kecil. Pada posisi ini diperankan oleh pihak sekolah dan unit produksi.
3. Siswa yang dipercaya sebagai manajer bertanggung jawab mengkoordinir manajemen baik bagian administrasi, bagian pemasaran, bagian produksi perencanaan dan juga Maintenance and Repair (MR). Posisi manajer ini bertanggung jawab dan melaporkan hasil pekerjaan kepada konsultan, dan juga fasilitator yang diperankan oleh guru pengampu.
4. Siswa yang menduduki jabatan bagian administrasi, bagian pemasaran, bagian produksi perencanaan dan juga maintenance and repair (MR) bekerja mengelola sesuai prosedur yang telah ditetapkan oleh manajer melalui pekerjaan yang telah disetujui oleh konsultan dan bertanggung jawab langsung pada manajer.
5. Siswa yang menduduki jabatan Bagian produksi bertugas sebagai Quality Control atas hasil pekerjaan dan mengelola bawahannya yang terdiri dari kepala regu.
6. Kepala regu mengelola manajemen pekerja dan hasilnya yang dilakukan oleh para karyawannya serta bertanggung jawab kepada bagian produksi. Posisi kepala regu ini sangat penting karena pengawasan atas hasil pekerjaan dan juga quality control tingkat bawah yang secara langsung mengecek kondisi lapangan baik bahan ataupun material pelengkap lainnya.

B. Siklus 2 Proses Produksi
1. Order dari konsumen yang berupa konsep gambar diadministrasikan oleh bagian administrasi dan diserahkan kepada bagian perencana. Hasil dari perencana yang berupa gambar jadi dan juga kalkulasi harga diserahkan kembali ke manajer. Manajer menyetujui dan mengesahkan hasil perencanaan setelah mendapat persetujuan dari konsultan dan fasilitator.
2. Hasil perencanaan diserahkan kepada bagian produksi sesuai pesanan. Tugas lain dari manajer adalah menerima hasil penilaian pekerjaan dari bagian produksi dan juga membuat laporan hasil pekerjaan yang akan diserahkan kepada konsultan.
3. Bagian produksi membagi tugas kepada kepala regu untuk mengerjakan pesanan sesuai dengan jumlah karyawan dan bagian masing – masing. Pada proses ini bagian produksi memberikan target waktu penyelesaian pekerjaan. Bagian produksi juga menerima laporan dan penilaian hasil dari karyawan melalui kepala regu. Data penilaian hasil pekerjaan diserahkan kepada manajer.
4. Kepala regu menganalisa pesanan dan memberikan tugas pekerjaan kepada para karyawan. Selama dalam proses produksi ini kepala regu setiap saat mengecek hasil pekerjaan dan melaporkan hasil pekerjaan kepada bagian produksi. Tugas lain dari kepala regu adalah memberikan penilaian hasil pekerjaan yang nantinya dilaporakan kepada bagian produksi.

C. Siklus 3 Proses Pemasaran atau hasil produksi
1. Produk barang yang sudah jadi dicek ulang oleh bagian produksi dan manajer. Kesesuaian produk barang pesanan dan standar mutu produk harus disetujui oleh konsultan sebelum proses pemasaran.
2. Bagian administrasi mendata kuantitas produk barang sesuai dengan standar mutu yang ada.
3. Bagian pemasaran menjual produk barang kepada konsumen sesuai kesepakatan yang telah disetujui bersama. Apabila dalam bentuk pesanan maka bagian pemasaran menanyakan mutu dan jumlah barang kepada pemesan dan dibuat laporan. Produk barang yang dibuat tanpa ada pesanan maka bagian pemasaran bertugas menjual produk barang itu kepada konsumen.
4. Setiap hasil penjualan harus dilaporkan kepada manajer melalui bagian administrasi.
5. Dalam konsep pendekatan pembelajaran TEFA ini setiap hasil penjualan atas barang yang diproduksi oleh unit produksi kecil dikelola oleh bagian administrasi setelah dikurangi atas biaya listrik dan bahan. Apabila bahan dan perlengkapan lainnya merupakan hasil usaha dari siswa maka hasil penjualan dikurangi biaya listrik.
6. Hasil kegiatan pendekatan pembelajaran TEFA ini mutlak menjadi milik siswa dan dibagikan pada setiap akhir kelulusan.

D. Siklus 4 Evaluasi dan Penilaian
1. Pada proses ini peneliti mengamati proses evaluasi yang dilakukan oleh konsultan yang juga bertindak sebagai asesor atau penilai.
2. Setiap hasil pekerjaan yang telah dicek kualitasnya diserahkan oleh manajer untuk diperiksa kualitasnya kepada konsultan.
3. Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan dinilai oleh kepala regu dan divalidasi oleh bagian produksi.
4. Tahapan penilaian ini kepala regu juga bertindak sebagai asesor bagi karyawan dan bagian produksi bertindak sebagai asesor bagi kepala regu. Penilaian yang dilakukan oleh kepala regu dan bagian produksi diserahkan kepada bagian administrasi dan dilanjutkan ke manajer.
5. Konsultan atau asesor memberikan penilaian atas hasil kerja manajer dan bagian – bagian lainnya. Pemberian nilai oleh asesor berdasarkan atas kriteria yang ditentukan berdasarkan kompetensi pekerjaan. Nilai yang dihasilkan asesor adalah nilai akhir dari hasil penilaian kepala regu, kepala bagian produksi dan juga manajer.
6. Penilaian yang diberikan kepada siswa adalah penilaian dalam bentuk lembar penilaian kompetensi yang harus diisi setelah job pekerjaan dan standar kompetensi atau keahlian selesai. Dalam penilaian, lembar penilaian kompetensi dibawa oleh siswa dan diberikan kepada asesor setiap melakukan penilaian.
7. Pengumuman nilai dilakukan setiap akhir pekerjaan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
Lebih jelasnya siklus dalam penelitian digambarkan dalam bagan alir sebagai berikut :

SIKLUS PENDEKATAN PEMBELAJARAN METODE TEFA
SIKLUS II
Proses Produksi Dan KBM Produktif
SIKLUS I
Pembentukan manajemen TEFA
SIKLUS III
Pemasaran Hasil Produksi
SIKLUS IV
Penilaian standar kompetensi keahlian

§ Pengelola
§ Proses produksi
§ Manajemen pabrik
§ Daftar nilai per kompetensi
§ Evaluasi hasil
§ Perencanaan
§ Alokasi Waktu
§ Anggaran biaya
§ Administrasi
§ Bagian Pemasaran
§ Hasil produk
§ Sistem pemasaran





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN


A. Hasil penelitian
1. Lokasi Penelitian
Secara keseluruhan lokasi penelitian ini mengambil lokasi di SMK Negeri 2 Kendal yang beralamat di Gang Mangga Utara Jalan Raya Soekarno Hatta Kendal. Termasuk wilayah desa Purwokerto Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Peneliti mengambil lokasi ini dikarenakan lokasi penelitian merupakan tempat tugas peneliti dan juga pada saat ini sudah menerapkan pembelajaran Teaching Factory.
Sampling Penelitian pendekatan pembelajaran TEFA ini adalah siswa kelas 2 dan Kelas 3 Program Keahlian Teknik Bangunan Program Diklat Teknik Perabot Kayu SMK Negeri 2 Kendal. Pengambilan sampling ini didasari oleh kondisi pada saat ini SMK Negeri 2 Kendal sedang melaksanakan program Teaching Factory kerjasama dengan IGI ( Indonesian German Institute ).
Pada saat ini SMK Negeri 2 Kendal sudah termasuk Sekolah Berstandar Internasional ( SBI ). Prestasi dibidang manajemen pada saat ini SMK Negeri 2 Kendal sudah memiliki standar mutu manajemen ISO 9001- 2001. Status program keahlian yang ada di SMK Negeri 2 Kendal sudah terakreditasi A. Hal lain yang mendukung adalah pada saat ini SMK Negeri 2 Kendal menjalin kerjasama dengan IGI ( Indonesia German Institute ) dan sebagai sisternya adalah PIKA Semarang yang program kerjanya adalah mengembangkan SMK menjadi lembaga pendidikan yang berorientasi pada Teaching Factory (TEFA).
2. Tujuan Pendekatan Pembelajaran TEFA
Tujuan dari pendekatan pembelajaran TEFA dilandasi oleh tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006 (KTSP), pendekatan pembelajaran yang berbasis produksi dan pembelajaran di dunia kerja, dukungan mutu pendidikan dan latihan yang berorentasi hubungan sekolah dengan dunia industri dan dunia usaha menerapkan unit produksi di sekolah. Landasan lain adalah semakin mahalnya biaya bahan praktik siswa, peralatan yang harus terpelihara dalam kondisi standar, motivasi untuk meningkatkan kesejahteraan bagi warga sekolah serta menimbulkan kepercayaan diri dan juga kebanggaan bagi lulusannya.
Secara umum pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran TEFA ini bertujuan untuk melatih siswa untuk mencapai ketepatan waktu, kualitas yang dituntut oleh industri, mempersiapkan siswa sesuai dengan kompetensi keahliannya, menanamkan mental kerja dengan beradaptasi secara langsung dengan kondisi dan situasi industri, menguasai kemampuan manajerial dan mampu menghasilkan produk jadi yang mempunyai standar mutu industri.
3. Proses Pendekatan Pembelajaran TEFA
Kegiatan pendekatan pembelajaran TEFA merupakan satuan kesatuan lingkungan sekolah dengan berbasis pada industri. Setiap kegiatan mempunyai fungsi dan tugas serta tanggung jawab masing – masing. Pendekatan pembelajaran TEFA mengatur ketersediaan pekerjaan dari konsumen yang melibatkan unsur unit produksi sekolah dan industri.
Aspek kegiatan belajar mengajar mengatur pelaksanaan pembelajaran sesuai standar kompetensi keahlian yang berbasis produksi dunia industri dan melibatkan unsur sekolah. Penggunaan peralatan dan bahan kerja sesuai standar mutu di dunia industri. Kualitas produk yang dihasilkan harus laku di pasar dan sesuai standar industri. Proses pendekatan pembelajaran TEFA ini juga harus bisa menciptakan jalinan hubungan industri yang lebih luas.
4. Mekanisme Dalam Menyusun Pendekatan Pembelajaran TEFA
Penyusunan pendekatan pembelajaran TEFA ini dapat disusun dengan tahapan – tahapan sebagai berikut :
a. Perencanaan pembelajaran yang meliputi konsep kurikulum yang mendukung yaitu pembuatan kompetensi keahlian yang mendukung job pekerjaan. Pembuatan perangkat job sheet dan modul dalam bentuk kompetensi dasar yang sesuai dengan kompetensi dasar keahlian.
b. Konsultan mempersiapkan dan menentukan kompetensi dan sub kompetensi dasar sesuai dengan job atau pesanan.
c. Konsultan membuat daftar ketrampilan dari setiap sub kompetensi dari pekerjaan untuk evaluasi hasil pembelajaran.
d. Konsultan bersama fasilitator membentuk perangkat manajemen pengelola sesuai bidang usaha yang akan dikerjakan.
e. Konsultan menentukan lokasi dan target waktu yang diperlukan dalam pembuatan produksi yang harus diperhitungkan sesuai dengan alokasi waktu belajar dan disesuaikan standar industri.
f. Konsultan membentuk organisasi unit produksi kecil dengan tugas dan tanggung jawab masing- masing bagian.
g. Pengelola unit produksi kecil menerima pesanan dan memproduksi barang sesuai standar yang telah ditetapkan oleh konsultan sesuai tugas dan tanggung jawab masing- masing.
Secara lebih jelasnya dalam menyusun mekanisme pendekatan pembelajaran TEFA dapat digambarkan sebagai berikut :


KOMPONEN
§ Ka. Sekolah
§ Ka. Bidang
§ Ka. Bengkel
§ Guru
KONSEP PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEFA
PERENCANAAN

Aspek KBM yang mengatur pelaksanaan pembelajaran dengan melibatkan unsur Kepala Sekolah, kepala bidang, kepala Bengkel dan guru





KONSULTAN PENGELOLAAN

Pengelolaan Unit produksi kecil pada pencapaian kompetensi yang standar dengan industri
KOMPONEN
§ Konsultan /guru
§ Fasilitator
KOMPONEN
§ Konsultan /guru
§ Fasilitator / Guru
§ Manajemen unit produksi kecil
KOMPONEN
§ Assesor /guru
§ Fasilitator / Guru
KOMPONEN
§ Konsultan /guru
§ Fasilitator
§ Ka. Bengkel
§ Ka. Unit Produksi sekolah
PEMBUATAN PERANGKAT MANAJEMEN TEFA

Pembentukan organisasi unit produksi kecil ditingkat kelas
PERSIAPAN UNIT PRODUKSI KECIL

Mempersiapkan sarana pendukung produksi dan ketersediaan pekerjaan dari pemesan dan pasar melibatkan unit produksi sekolah
MELAKUKAN EVALUASI

Melakukan evaluasi pembelajaran terhadap hasil pembelajaran dan standar mutu pekerjaan

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian Pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran TEFA di SMK Negeri 2 Kendal sudah berjalan sesuai mekanisme dan konsep yang ada. Peralatan yang mendukung serta sumber daya profesional secara tidak langsung membuat siswa semakin percaya diri dan bangga atas pendekatan pembelajaran TEFA. Kondisi sekolah yang sangat baik dan kebijakan sekolah yang sesuai merupakan pemacu bagi konsep TEFA ini bisa dilaksanakan.
Dalam pendekatan pembelajaran TEFA di SMK Negeri 2 Kendal guru sebagai konsultan sangat memegang peranan penting dalam proses kegiatan belajar mengajar. Konsultan (Guru) harus mampu menterjemahkan kompetensi atau sub kompetensi setiap pekerjaan yang harus diserahkan kepada manajer (pengelola). Tugas lain dari konsultan adalah memberi evaluasi terhadap hasil pekerjaan siswa secara transparan. Pendekatan pembelajaran sangat meringankan tugas guru karena siswa sudah terkontrol oleh temannya, sehingga guru hanya memberikan pengarahan sesuai job. Hasil dari kegiatan praktek yang dulu tidak terpakai atau tidak bisa terjual dengan pendekatan pembelajaran ini maka setiap hasil praktek akan menjadi barang yang siap jual dan menguntungkan.
Pendekatan pembelajaran dengan metode ini, konsultan (Guru) mampu meningkatkan kualitas kerja siswa serta ketepatan waktu dalam pekerjaan. Kontrol yang dilakukan oleh manajer dan kepala regu membuat karyawan (Siswa) bertanggung jawab atas hasil pekerjaan yang dilakukannya.
Aspek kegiatan belajar mengajar yang berorientasi pada ketrampilan dan kemampuan siswa ini sangat baik apabila didukung oleh komponen yang lain seperti keterlibatan konsumen dan dunia industri dalam pengembangannya.
Siswa sebagai obyek penelitian dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran TEFA di SMK Negeri 2 Kendal juga merasakan senang Karena ketrampilan serta kemampuanya bisa dilakukan secara maksimal. Hasil dari pekerjaan selama sekolah bisa dinikmati siswa sehingga siswa akan terpacu untuk bekerja keras dan juga mencari order pesanan agar mereka bisa mendapatkan hasil yang lebih banyak.
Dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran TEFA di SMK Negeri 2 Kendal juga ada Kendala dan hambatan yang ada diantaranya:
1. Ada sebagian siswa yang belum siap terutama untuk mengerjakan job pekerjaan dengan tepat waktu.
2. Sebagian mutu produk hasil pekerjaan siswa belum terkontrol sesuai standar industri hal ini disebabkan oleh kemampuan siswa yang masih kurang.
3. Siswa lebih suka pelajaran produktif di bengkel dari pada belajar didalam ruang kelas.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
Dari hasil penelitian maka proses pendekatan pembelajaran TEFA (Teaching Factory) adalah perpaduan metode yang sudah ada yaitu CBT (Competency Based Training) dan PBT (Production Based Training). CBT adalah pelatihan yang didasarkan atas hal – hal yang diharapkan oleh siswa ditempat kerja. CBT ini memberikan tekanan pada apa yang dapat dilakukan oleh seseorang sebagai hasil pelatihan (out put) bukan kuantitas dari jumlah pelatihan. PBT (Production Based Training) adalah suatu proses pembelajaran keahlian atau ketrampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang atau sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen.
Pendekatan pembelajaran TEFA adalah suatu konsep pembelajaran dalam ruangan kelas dan bengkel praktek dengan menerapkan pelatihan dalam suasana sesungguhnya, sehingga dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan indusri dan pengetahuan dari sekolah.
Adanya pendekatan pembelajaran TEFA maka etos kerja siswa dalam melaksanakan praktek produktif lebih baik hal ditunjukan dengan adanya peningkatan waktu penyelesaian dan juga kualitas pekerjaan semakin baik.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini peneliti mempunyai saran:
1. Agar dalam pelaksanaan konsultan pendekatan pembelajaran dengan TEFA konsultan tidak melupakan unsur pendidikan san pembelajaran tidak semata – mata mengejar profit oriented.
2. Pengelola manajemen siswa harus lebih banyak melakukan pelatihan dan pembelajaran secara khusus agar kemampuan dan sumber daya meningkat.
3. Siswa harus lebih terkontrol dalam belajar agar tidak terlena dengan pembelajaran produktif saja.
4. Proses pendekatan pembelajaran TEFA ini, guru sebagai konsultan dan siswa sebagai pengelola unit produksi kecil harus sinergi dan selaras agar kemampuan hasil produknya lebih berkualitas.
5. Fasilitator atau pihak sekolah dengan unit produksi sekolah harus lebih aktif dalam mencari order pesanan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Basuki Wibawa, Dr: 2003, Penelitian Tindakan Kelas, Dirjen Dikdasmen, Jakarta

2. IGI : 2007, Brosur IGI, Jakarta
3. Panjaitan, D: 2003, Modul Production Based Training, Dirjen Dikdasmen, PPGT Bandung

4. Arikunto Suharsimi: 1997, Prosedur Penelitian , Rineka Cipta, Jakarta

5. Sisjono,Drs: 2002, Modul Penerapan CBT Secara Konsisten Di SMK, Dirjen Dikdasmen, PPGT Bandung


Tidak ada komentar: